Renungan Harian Katolik Minggu 1 Oktober 2023, Bacaan Injil

Renungan Harian Katolik Minggu 1 Oktober 2023, Bacaan Injil Matius 21:28-32

Renungan Harian Katolik Minggu 1 Oktober 2023, Bacaan Injil Matius 21:28-32 (Baca Alkitab - Klik disini)

Bacaan I: Yeh. 18:25-28; Mazmur. 25:4bc-5,6-7,8-9; Bacaan II: Flp. 2:1-11 (Flp. 2:1-5); Bacaan Injil: Mat. 21:28-32 Hari Minggu Biasa XXVI.

Bacaan Injil Minggu 1 Oktober 2023 - Matius 21:28-32

Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan pemuka-pemuka bangsa Yahudi, “Bagaimana pendapatmu? Ada orang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada yang sulung dan berkata, ‘Anakku, pergilah bekerja di kebun anggur hari ini’.

Jawab anak itu, ‘Baik, Bapa’. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab, ‘Tidak mau’. Tetapi kemudian ia menyesal lau pergi juga.

Siapakah di antara kedua orang anak itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka, “Yang kedua.” Maka berkatalah Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan pelacur-pelacur akan mendahului kalian masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Sebab Yohanes Pembaptis datang menunjukkan jalan kebenaran kepada kalian, dan kalian tidak percaya kepadanya. Dan meskipun kalian melihatnya, namun kemudian kalian tidak menyesal, dan kalian tidak juga percaya kepadanya.

Renungan Harian Katolik Minggu 1 Oktober 2023, Bacaan Injil

Perumpamaan Mat 21:28-32 ini ditujukan kepada para imam kepala dan para pemuka rakyat serta para pemungut cukai, perempuan sundal, dan orang-orang berdosa lainnya.

Dalam perumpaan tersebut sang ayah menyuruh kedua anaknya untuk pergi bekerja dalam kebun anggurnya Sang anak pertama/sulung menjawab bapa-Nya “Baik Bapa, tetapi tidak pergi”.

Terhadap pertanyaan yang sama anak yang kedua menjawab, “Aku tidak mau!”, tetapi kemudian ia menyesal, lalu pergi juga di akhir perumpamaannya Yesus “memuji” anak kedua karena ia-lah orang yang melaksanakan kehendak Bapa-nya.

Anak yang pertama itu adalah kelompok para imam kepala dan para pemuka rakyat yang secara teori mereka (para imam kepala dan pemuka rakyat) memang hebat: mereka mengerti tentang Kitab Suci, mengerti tentang warta pertobatan, dan mengerti tentang banyak hal.

Akan tetapi pengertian yang mereka miliki tidak dapat menyelamatkan mereka karena mereka hanya sampai pada tingkat pemahaman/pengertian; mereka tidak mau mempraktekkannya dalam hidup.

Sama seperti kita tahu bahwa “makan 4 sehat 5 sempurna, istirahat cukup, dan tidak lupa senantiasa berolah raga” adalah penting bagi kesehatan.

Akan tetapi kalau kita tidak melaksanakannya dalam hidup sehari-hari dan tidak menerapkan pola hidup sehat, ditambah lagi gemar merokok, maka pengetahuan yang kita miliki pun tidak akan banyak artinya bagi kita.

Berbeda dengan kelompok yang kedua: para pemungut cukai, perempuan sundal, dan para pendosa lainnya. Kelompok yang kedua ini bagaikan si anak kedua/bungsu yang awalnya menolak perintah sang ayah, namun akhirnya menyesal dan melaksanakannya.

Maka kelompok yang kedua ini, kelompok yang dipandang oleh “orang-orang suci” sebagai para pendosa, justru akan mendahului mereka masuk ke dalam kerajaan Allah.

(Renungan atas anak yang Pertama/anak sulung): mungkin kita dalam arti tertentu kita termasuk golongan para imam kepala dan para pemuka masyarakat. Sebagaimana dalam bacaan kedua (Flp 2:1-11), kita diajak untuk dengan rendah hati menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri, jangan hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Sebagai “pemimpin masyarakat dan pemimpin agama”: Janganlah kita hanya pandai berteori, berkhotbah, memberi permenungan-permenungan, tetapi tidak mau melaksanakannya.

(Renungan atas anak yang Kedua): Memang idealnya kita diharapkan menjadi anak yang menjawab, “Ya Bapa, aku akan pergi bekerja di kebun anggur kita” dan kita sungguh melaksanakannya, sehingga kita tidak membiarkan diri kita sedikit pun menyakiti hati sang ayah.

Akan tetapi kalau kita “sudah terlanjur menyakiti hati sang Bapa” dengan perbuatan-perbuatan dosa kita, maka marilah kita meniru teladan anak yang kedua, “tetapi kemudian ia menyesal, lalu pergi juga!” Allah mencintai kita dengan tanpa batas! Ia merancangkan jalan keselamatan bagi kita.

Allah kita bukan lah Allah yang menghendaki kita menderita karena dosa-dosa kita, sebaliknya Ia ingin menyelamatkan kita. Dalam bacaan pertama (Yeh 18:25-28): sangatlah jelas bahwa Allah sangat mencintai kita dan pertama-tama bukan hendak menghukum kita.

Karena dosa-dosa kitalah, kita memasukkan diri kita sendiri ke dalam permasalahan demi permasalahan. Akan tetapi Allah senantiasa siap untuk mengampuni kita dan menanti pertobatan diri kita.

Mengikuti Yesus adalah mencari dan melaksanakan kehendak-Nya. Meskipun mungkin kita telah terlanjur banyak kali mengatakan “TIDAK” kepada Allah, kita masih dapat mengubah sikap kita, dan Allah akan mengampuni dosa kita.

Akan tetapi apabila kita selalu berbicara hal-hal yang baik, namun tidak mau melaksanakannya, maka kita bukanlah kelompok orang yang melaksanakan kehendak Allah.

Ingat tiap kali imam/diakon membacakan Injil, ia akan menyerukan, “Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya” dan kita pun menjawab, “Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami”.