Renungan Harian Katolik Sabtu 7 Oktober 2023, Bacaan Injil

Renungan Harian Katolik Sabtu 7 Oktober 2023, Bacaan Injil Lukas 1:26-38 (Baca Alkitab - Klik disini)

Bacaan I: Kis. 1:12-14; Mazmur Luk. 1:46-47.48-49.50-51.52-53.54-55; Bacaan Injil: Lukas 1:26-38 Peringatan Wajib SP Maria, Ratu Rosario Pekan XXVI.

Bacaan Injil Sabtu 7 Oktober 2023 - Lukas 1:26-38

Dalam bulan keenam, Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud.

Nama perawan itu Maria. Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, “Salam, hai engkau yang dikarunia, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hati, apakah arti salam itu.

Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.

Ia akan menjadi besar dan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhurnya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”

Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang dikatakan mandul itu.

Sebab bagi Allah tidak ada hal yang mustahil.” Maka kata Maria, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu.” Lalu malaikat itu meninggalkan Maria.

Renungan Harian Katolik Sabtu 7 Oktober 2023, Bacaan Injil

Hari ini Gereja Katolik merayakan Peringatan Santa Perawan Maria, Ratu Rosario. Peristiwa besar yang melatarbelakangi penetapan tanggal 7 Oktober sebagai tanggal Peringatan Santa Perawan Maria, Ratu Rosario adalah peristiwa kemenangan pasukan Kristen dalam pertempuran melawan pasukan Islam Turki.

Menghadapi pertempuran ini Paus Pius V menyerukan agar seluruh umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Santa Perawan Maria atas Gereja. Doa umat itu ternyata dikabulkan Tuhan.

Pasukan Kristen dibawah pimpinan Don Johanes dari Austria berhasil memukul mundur pasukan Turki di Lepanto pada tanggal 7 Oktober 1571. Armada kecil gabungan Kristen mengalahkan armada Turki yang perkasa, sehingga menghentikan invasi ke Eropa Kristen.

Sebagai tanda syukur Paus Pius V (1566-1572) menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari pesta Santa Perawan Maria, Ratu Rosario. Kemudian Paus Klemens IX (1667-1669) mengukuhkan pesta ini bagi seluruh Gereja di dunia.

Dan Paus Leo XIII (1878-1903) lebih meningkatkan nilai perayaan ini dengan menetapkan seluruh bulan Oktober sebagai Bulan Rosario untuk menghormati Santa Perawan Maria.

Kita percaya bahwa doa rosario yang kita panjatkan dalam persatuan dengan Bunda Maria mempunyai kekuatan dahsyat untuk mengubah hidup kita dan membuat Allah tidak bisa menahan rahmat-Nya memenuhi kita.

Doa Rosario bukan hanya doa vokal tetapi juga doa mental; itu adalah doa pribadi dan juga doa bersama. Betapa tidak, karena setiap kali mendaraskan doa Rosario itu, kita mengucapkan dua ‘doa ajaib’, yang diwariskan Tuhan sendiri bagi kita, yakni ‘Bapa Kami’ dan ‘Salam Maria’. Ini adalah bentuk doa yang menuntun kita untuk mengalami Kristus melalui Maria.

Doa-doa seperti nyanyian yang berulang-ulang membawa pikiran dan hati kita ke keheningan yang membuka kita akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Dalam keheningan itu, kita tahu bahwa kita memiliki seorang Ibu yang selalu bersama kita dalam doa dan yang menuntun kita untuk melakukan kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Peperangan terbesar yang diperjuangkan ada di hati kita dan kemenangan terbesar adalah ketika kita berserah pada kehendak Tuhan dan menjadi hamba-Nya, seperti yang dilakukan Maria.